立即捐款

宗教以外:GAMMI簡介

Beyond Religion: An Introduction to GAMMI

Di Luar Agama: Pengantar GAMMI

五月十五日,我們走進理工大學一間演講室,一群戴綠色頭巾、穿白色紗袍的姊妹正在唸可蘭經。這是印尼穆斯林移工組織Gabungan Migran Muslim Indonesia (GAMMI)的九週年大會。在印尼,穆斯林國民約佔九成;在香港,我們身邊不難看見她們的身影。她們工作時如何進行宗教儀式?組織又怎樣連結宗教與工人權益?

15th May, We walked into a lecture hall in the Hong Kong Polytechnic University. A group of sisters wearing green hijabs and white burqa were chanting the Quran. This was the 9th anniversary assembly of the Indonesian Muslim migrant workers’ organization, Gabungan Migran Muslim Indonesia (GAMMI). In Indonesia, Muslims account for 90% of the population; in Hong Kong, it is not difficult to identify them. How do they carry on the religious ceremony during work? How do the alliance relate religion to workers’ rights?

Pada tanggal 15 Mei kami berjalan ke ruang kuliah di Universitas Politeknik Hong Kong. Sekelompok saudara perempuan yang mengenakan jilbab hijau dan burqa putih melantunkan Quran. Ini adalah pertemuan ulang tahun ke-9 dari organisasi buruh migran muslim Indonesia, Gabungan Migran Muslim Indonesia (GAMMI). Di Indonesia, 90% dari populasi adalah muslim; di Hongkong, tidak sulit untuk mengenal mereka. Bagaimana mereka melakukan acara keagamaan selama bekerja? Bagaimana aliansi mengaitkan sesuatu agama untuk hak-hak pekerja?

GAMMI的組織者Rosyi和Kiky前來與我們聊天。Rosyi簡單介紹了大會流程:先是全年報告(活動、財政等),然後是新一任幹事選舉,選出主席、秘書等八個職位。GAMMI這個平台有12個穆斯林組織,她們的組織工作散佈銅鑼灣、尖沙咀、樂富、西貢等地區。星期日的大部分時間,GAMMI的成員會聚在一起祈禱。她們有時會從印尼請來講者,但聽Kiky說,因為講者持旅行護照,最近入境處好像開始禁止他們進行傳教活動。其餘時間則是咨詢環節,Kiky說她們通常會以小組形式進行,為在合約、簽證、僱主態度等遇到困難的姊妹提供意見。

Rosyi and Kiky, organizers of GAMMI came to talk with us. Rosyi briefly introduced the rundown of the assembly: it began with the annual report (activities, finances etc.), followed by the election of eight commitee members of the following term, including the chairperson, secretary and so on. GAMMI is a platform involving 12 Muslim organizations, and their organizing work covers Causeway Bay, Tsim Sha Tsui, Lok Fu, Sai Kung etc. Most of the time on Sundays, members of GAMMI gather to pray. They sometimes invite speakers from Indonesia, but according to Kiky, since the speakers carry travel visa, the Immigration Department seems to forbid the missionary work recently. The remaining time will be consultation, which will usually take place in group forms to provide advice for sisters in need, mainly about employment contracts, visas and employers’ attitude, said Kiky.

Rosyi dan Kiky, penyelenggara dari GAMMI berbicara dengan kami. Rosyi menjelaskan secara singkat susunan acara: dimulai dengan laporan tahunan, maka pemilihan 8 anggota komite dari masa berikutnya, termasuk ketua, sekretaris dan sebagainya. GAMMI adalah platform dengan 12 organisasi Muslim, dan kerja pengorganisasian mereka meliputi Causeway Bay, Tsim Sha Tsui, Lok Fu, Sai Kung, dll. Selalunya pada hari Minggu, anggota GAMMI berkumpul untuk berdoa. Mereka kadang-kadang mengundang pembicara dari Indonesia, tetapi menurut Kiky, karena pembicara memakai visa wisata, Departemen Imigrasi tampaknya melarang pekerjaan misionaris baru-baru ini. Waktu yang tersisa akan digunakan untuk konsultasi, yang biasanya akan berlangsung dalam bentuk kelompok untuk memberikan saran untuk saudara perempuan yang membutuhkan, terutama tentang kontrak kerja, visa dan sikap majikan, ujar Kiky.

談起宗教,Rosyi從小便受家庭影響信仰伊斯蘭教。穆斯林每天要朝麥加方向祈禱五次,每次祈禱前要清潔身體,那麼工作時間會不方便嗎?Rosyi聽說有姊妹因僱主介意而不能完全遵循;Kiky補充道,有些姊妹會每天祈禱三次,延長每次祈禱的時間。我問Kiky一般會祈禱什麼,她害羞地回答:「希望早啲搵到錢返印尼。」至於可蘭經中有關食物的限制(如禁食豬肉),Kiky說她的僱主很好,允許她分開煮自己的食物;Rosyi也介紹說,在灣仔伊斯蘭中心,和尖沙咀的清真寺附近都有清真餐廳。不過,是否支付得起餐廳的價格則另當別論。

Speaking of the religion, influenced by her family, Rosyi believed in Islam since she was born. Since Muslims pray towards the direction of Mecca five times a day, and need to clean their bodies before praying, would it be inconvenient during working hours? Rosyi heard that there are sisters who cannot follow the rules strictly due to the employers’ reluctancy, and Kiky added that some sisters would pray for three times a day, extending each praying period instead. I asked Kiky about what she usually prays for, she answered shyly, ‘Hope to gain enough money to go back Indonesia soon.’ As for restrictions on food stated in Quran (for example, pork is forbidden), Kiky said her employer is nice, who allows her to cook her own food separately; and Rosyi introduced us that there is an Islamic Centre in Wan Chai, and some Halal restaurants near the mosque in Tsim Sha Tsui, but whether the price is affordable would be another matter.

Tentang agama, Rosyi dipengaruhi oleh keluarganya, dan percara Islam sejak lahir. Muslim berdoa ke arah Mekah 5 kali sehari, dan perlu membersihkan tubuh mereka sebulum berdoa, apakah merepotkan selama jam kerja? Rosyi mendengar bahwa beberapa saudara perempuan yang tidak bisa mengikuti aturan ketat karena keengganan majikan, dan Kiky bilang bahwa beberapa saudara perempuan berdoa 3 kali sehari, memperpanjan setiap periode doa. Saya bertanya apa yang biasanya Kiky minta ketika berdoa, dia menjawab malu-malu, ‘harapan untuk mendapatkan cukup uang untuk segera kembali ke Indonesia.’ Adapun makanan yang dilarang dalam Quran (misalnya, daging babi dilarang), Kiky kata majikannya baik, yang memungkinkan dia untuk memasak makanan sendiri secara terpisah; dan Rosyi memperkenalkan kita bahwa ada Islamic Centre di Wan Chai, dan beberapa restoran Halal di dekat msjid di Tsim Sha Tsui, tapi apakah harganya terjangkau akan menjadi pertanyaan lain.

Kiky所屬的Nurul Hidayah是GAMMI其中一個組織。Kiky邀請我們一起去她們經常聚會的地方——樂富邨平台。那天正值伊斯蘭教每年一次的齋戒月前夕,姊妹們親自準備了豐盛的食物,包括印尼傳統菜式Tumpeng、各式糕點,在禁食一個月前進行最後一次聚餐。她們先一起讀可蘭經,為逝者、家人祈禱

Nurul Hidayah, which Kiky belongs to, is one of the organizations of GAMMI. Kiky invited us to Lok Fu Estate, where they usually gather. It was the day before Ramadan, sisters prepared deluxe food themselves, including Indonesian traditional dish Tumpeng and different cakes, to eat together before fasting for a month. They first read Quran, praying for the dead and family.

Nurul Hidayah, yang Kiky berada pada, adalah salah satu organisasi dari GAMMI. Kiky mengundang kami ke Lok Fu Estate, di mana mereka biasanya berkumpul. Hari itu adalah hari sebelum Ramadhan, saudara perempuan menyiapkan makanan berlimpah sendiri, termasuk makanan tradisional Indonesia Tumpeng dan berbagai kue, untuk makan bersama sebeblum puasa selama satu bulan. Pertama mereka membaca Quran, kemudian berdoa untuk keluarga dan yang suda meninggal.

聚餐的時候,我們問起Kiky穆斯林姊妹會不會對爭取工人權益的行動(如遊行)有所芥蒂,她說有些的確會不敢參加,但主要是因為擔心有衝突場面;在她看來,來自宗教的擔憂比較少。記得Rosyi曾坦言,動員姊妹是困難的。參與組織的穆斯林姊妹多以宗教活動為重心,對於工人權益、勞工議題的關注比較少。所以她們也會舉辦教育訓練,內容包括印尼歷史、僱傭合約、人權等等,希望逐步引起回應。

While eating, we asked Kiky if Muslim sisters would be reluctant to any actions of campaigning for workers’ rights (like march), she said indeed, some are afraid to join, but mainly because they concern about the potential violent scenes; and in her view, there are few worries originated from the religion. We remember Rosyi once expressed frankly that it is difficult to mobilize members. Muslim sisters joining the organization put more efforts in religious activities, but pay less attention to workers’ rights or labour issues. Therefore, in hope of raising responses gradually, they organize education training about Indonesian history, employment contract, human rights and so on.

Sambil makan, kami bertanya Kiky apakah saudara perempuan Muslim akan enggan untuk setiap tindakan kampanye untuk hak-hak pekerja (seperti demo), katanya memang beberapa takut untuk bergabung, tetapi terutama karena mereka takut akan terjadinya kekerasan; dan dalam pandangaanya, ada beberapa kekhawatiran berasal dari agama. Kami ingat Rosyi pernah mengungapkan dengan jelas bahwa sulit untuk memobilisasi anggota. Saudara perempuan Muslim bergabung dengan organisasi berupaya lebih dalam kegiatan keagamaan, tetapi kurang memperhatikan hak-hak pekerja atau isu-isu perburuhan. Oleh karena itu, dengan harapan meningkatkan respon secara bertahap, mereka mengatur pelatihan pendidikan tentang sejarah Indonesia, kontrak kerja, hak asasi manusia dan sebagainya.

小記隨想:

Afterthoughts:

Renungan:

身處異鄉,宗教無可置疑地成為姊妹們的心靈居所。但在神聖的祈禱背後,不難發現一兩張黯然神傷的面孔:家鄉的經濟負擔、嚴苛的工作待遇、陌生的生活環境……像GAMMI這類組織欲補足的,正是這種情感以外的缺口。不過,姊妹間的差異,如對行動的理解、宗教對參與行動的影響,都是組織者無法忽視的。更甚者,是否需要處理不同穆斯林組織之間的路線差異、溝通和說服是否必須,也值得思考

Living in a foreign place, doubtless, religion becomes the home of souls for sisters. However, behind the holy praying, it is not difficult to find one or two dejected faces: the economic burden from the hometown, harsh working conditions, strange living environment… Such gap beyond the emotion, is what organizations like GAMMI are trying to fill in. Nevertheless, organizers cannot neglect differences among sisters, like the understanding towards actions, and the influence of religion on participating actions. Moreover, it is also worth reflecting on whether differences among Muslim organizations should be dealt with, and whether it is necessary to communicate with and persuade each other.

Tinggal di tempat yang asing, tak diragukan lagi, agama menjadi tempat penampungan untuk saudara perempuan. Namun di balik doa suci, tidak sulit untuk menemukan satu atau dua wajah sedih: beban ekonomi dari kampung halaman, kondisi kerja yang keras, lingkungan hidup yang aneh…jarak tersebut melampaui emosi, adalah apa yang organisasi seperti GAMMI mencoba untuk mengisi. Namun demikian, penyelenggara tidak bisa mengabaikan perbedaan di antara saudara perempuan, seperti pemahaman terhadap pergerakkan, dan pengaruh agama pada pergerakkan yang diikuti. Selain itu, juga untuk merenungkan apakah perbedaan antara organisasi Muslim harus ditangani, dan apakah perlu untuk berkomunikasi dengan dan membujuk satu sama lain.